Pastor yang pernah berkarya di Paroki

Para Gembala Baik

                      

Paroki Ciledug telah dipimpin oleh banyak pastor di samping para pastor rekan dengan rentang waktu tugas yang beragam. Siapa saja para pastor yang pernah berkarya di paroki yang dalam menapaki usia 27 tahun masih terus berjuang untuk memiliki gedung gereja ini

 

1. Pastor Ludo Reekmans, CICM.

 

Mantan Provinsial CICM (1983-1988) ini adalah Kepala Paroki Ciledug yang pertama berdasarkan surat penugasan Mgr Leo Soekoto SJ. Pastor Ludo adalah WNI kelahiran Leuven, Belgia, 13 Agustus 1943, ditahbiskan di Scheut, Belgia, 4 Agustus 1968. Ia berkarya  di paroki ini sejak 13 September 1989 hingga 2 Januari 1995. Waktu itu umat paroki tercatat 560 KK yang tersebar di dua wilayah dan 14 lingkungan, serta dua sublingkungan. Pusat kegiatan paroki berada di Jl Barata Raya No 29, Kompleks Barata, Ciledug. Pada masa ini pula Mgr Leo menugaskan Suster-suster Sang Timur untuk memulai karya pendidikannya di wilayah Paroki Ciledug.

 

2. Pastor Gilbert Keirsbilk, CICM.

Pastor kelahiran Belgia ini menggantikan Pastor Ludo Reekmans sebagai Kepala Paroki yang kedua mulai 2 Januari 1995. Lahir di Oostkamp, Belgia, 10 Mei 1941, ditahbiskan di Kessel-lo, Belgia, 8 September 1961, Pastor Gilbert memimpin Paroki Ciledug ketika jumlah umat lebih dari 5.480 jiwa yang  tersebar di 16 Wilayah dan 53 Lingkungan. Pada masa penggembalaan Pastor Gilbert terjadi sejumlah peristiwa yang menunjukkan geliat umat Katolik di paroki ini, seperti: Pentahbisan imamat yang pertama di Ciledug (di BSS) 30 April 1995 untuk Frater Stefanus Kota Tarigan, CICM, oleh Uskup Bogor Mgr Michael Angkur, OFM; Pada 6 Oktober 1996, Perayaan Ekaristi Minggu menjadi dua kali, jam 07.00 dan 09.00, dari semula jam 08.00 saja; Pastoran pindah dari Jl Barata Raya No 29 ke Jl Barata Raya 32 pada 1 September 1997.

 

3. Pastor FX Pranataseputra, Pr.

Satu-satunya romo diosesan yang berkarya di paroki Ciledug ini menggantikan Pastor Gilbert Keirsbilck, CICM, sebagai Kepala Paroki ke-3 pada 31 Desember 2000 hingga September 2001. Ia didampingi Pastor Robert Suykens, CICM, menggantikan Pastor Marc van den Berghe, CICM, yang mulai ikut melayani umat Paroki Ciledug sejak 11 November 1999. Pastor FX Pranataseputra lahir di Jepara (Lampung) 5 November 1941 dan ditahbiskan pada 4 Juli 1984 sebagai pastor diosesan KAJ. Ia dikenal sebagai ”Pastor Babat Alas” di KAJ. Maksudnya dari tangan dia sejumlah paroki baru lahir. Pada masa kepemimpinannya yang pendek di Paroki Ciledug, tercatat pembelian tanah di Kelurahan Sudimara Pinang pada tahun 2001 yang kemudian direncanakan sebagai lokasi pembangunan gereja setelah ditolak di Karang Tengah.

 

4. Pastor Robert Suykens, CICM.

Tercatat sebagai Pastor Rekan di Paroki Ciledug sejak 2 Februari 2001 hingga September 2001 di masa kegembalaan Pastor FX Pranataseputra. Lahir di Puurs, Belgia Utara, 11 Agustus 1939 dan masuk novisiat CICM 8 September 1959, Pastor Suykens ditahbiskan di Paroki Scheut, Belgia, 1 Agustus 1965. Setelah tiba di Indonesia pada 13 Mei 1967, ia banyak berkarya di Sulawesi Tenggara hingga tahun 1996. Setelah itu, Pastor Suykens mendapat tugas di wilayah KAJ, mulai dari Rektor di Skolastikat ”Sang Tunas” Pondok Bambu, Jakarta Timur, hingga Pastor Rekan di Paroki Kristus Salvator, Jakarta Pusat 1999-2001 sebelum ke Paroki Ciledug.

 

5. Pastor Joseph Marcel Cobbe (Jos Cobbe), CICM.

Pastor berjanggut ini menggantikan Pastor FX Pranataseputra, Pr sebagai Kepala Paroki yang ke-4. Lahir di Roselare, Belgia, 2 Januari 1942, ia ditahbiskan menjadi imam pada 6 Agustus 1967. Mulai berkarya di Indonesia tahun 1969, Pastor Jos selama 20 tahun pertama banyak berkarya di Tana Toraja, sebelum mengabdikan diri di Keuskupan Agung Makassar. Masuk Keuskupan Agung Jakarta pada tahun 1992, Pastor Jos sempat menjadi Kepala Paroki Kristus Salvator sebelum menjadi Kepala Paroki Ciledug tahun 2001-2004. Ia termasuk orang yang tinggi aktivitasnya sampai menjelang wafatnya meski kondisi kesehatannya tidak lagi prima.

 

6. Pastor Derikson A Turnip, CICM.

Kepala Paroki Ciledug yang ke-5 ini menggantikan Pastor Jos Cobbe, CICM, dari 1 Juni 2004 hingga 30 Juli 2010, dengan Pastor Rekan Pastor Juvens Jemadi, CICM. Bagi Pastor Derikson yang lahir 30 Oktober 1970, peristiwa 3 Oktober 2004 jam 07.00 menorehkan pengalaman mengerikan yang tidak terlupakan. Itulah Misa terakhir di Bangunan Sekolah Sementara (BSS) Sang Timur Ciledug.  Masih sebagai pastor tamu (Pastor Jos Cobbe waktu itu sebagai Kepala Paroki), Pastor Derikson dipaksa untuk menghentikan misa yang dia pimpin waktu itu. Tetapi ia nekat mempersembahkan Misa sampai selesai dan dihentikan paksa saat berlansung oleh massa yang menamakan diri Front Pemuda Islam Karang Tengah dan Front Pembela Islam. Rekaman peristiwa mengerikan itu oleh Pastor Derikson kemudian diungkapkannya dalam sebuah novel berjudul 33+.

 

7. Pastor Paulus Dalu Lubur, CICM

Kepala Paroki Ciledug yang ke-6, 31 Juli 2010 – Juni 2014. Setelah Wali Kota Tangerang, Bp Wahidin Halim, menerbitkan IMB Gedung Gereja Santa Bernadet, Gedung Karya Sosial, dan Pastoran, Pastor Paulus di suatu tengah malam memberkati lahan yang di atasnya akan dibangun gedung gereja. Akan tetapi, sekelompok warga yang menamakan dirinya Forum Umat Islam Bersatu (FUIB) Sudimara Pinang berdemonstrasi menentang keberadaan Gereja Santa Bernadet di Sudimara Pinang dan menutup paksa pintu gerbang gereja dari akses Graha Raya, Minggu 22 September 2013. Selaku Kepala Paroki, sejak itu Pastor Paulus harus melayani banyak media sebagai narasumber utama tentang peristiwa itu. Dengan mudah nama pastor yang ditahbiskan 15 Agustus 1999 itu dapat ditemukan di berbagai situs berita.

 

8. Pastor P Rofinus Romanus Rasa, CICM (Pastor Ipong).

Pastor kelahiran Atakowa, Flores, NTT ini melayani umat Paroki Ciledug di masa kegembalaan Pastor Paulus Dalu Lubur, CICM, 2011-2013. Dekat dengan umat, Pastor Ipong yang ditahbiskan pada 13 Agustus 2002 ini meninggal pada 27 Juni 2016, di Makassar, dalam usia 45 tahun.

 

8. Pastor Manuel V. Valencia, CICM (Pastor Noel).

Rm Noel_1

Romo Noel, begitu ia biasa disapa. Pria kelahiran Filipina ini ditahbiskan menjadi Imam tahun 1971. Tiba di Makassar tahun 1972, Romo Noel mengawali karya misinya di Indonesia . Pada tahun itu juga, setelah menyelesaikan persiapan, terutama belajar bahasa Indonesia, beliau bertugas di Paroki Hati Maria Tak Bernoda, Makale, Tana Toraja, Sulawesi Selatan, sampai dengan tahun 1978. Selanjutnya beliau berpindah-pindah tugas  di Keuskupan Agung Makasar, yakni di Paroki Diaspora Maluku Utara, Paroki Wilibrodus Ternate, Paroki Fransiskus Xaverius Mesawa Toraja Barat, dan Santo Petrus Mamasa. Baru di tahun 1987 beliau  diutus membuntu berkarya di Keuskupan Jayapura di paroki Santo Yusuf Eno Rotali sampai dengan tahun 1995. Sempat kembali ke Filipina tahun 1995-1997 untuk bertugas di Skolastikat Theologi Konggregasi CICM. Tahun 1997 kembali berkarya di Indonesia di Paroki Santa Maria Tak Bernoda Biak sampai dengan tahun 1998. Selanjutnya berpindah tugas di Paroki Koyes Skanto Jayapura sampai dengan tahun 2002. Tahun 2003 kembali ke Makassar untuk bertugas di Paroki St Paulus Tello sampai dengan tahun 2009. Setelah berkeliling di Keuskupan Agung Makassar dan Keuskupan Jayapura, tibalah giliran tugas di Keuskupan Agung Jakarta, yaitu tahun 2009- 2014 di Paroki Slipi Gereja Kristus Salvator, dilanjutkan berkarya di Provinsialat CICM Indonesia di Jakarta. Tanggal 15 Januari 2016 menjadi awal Pastor Noel membantu karya pelayanan Konggregasi CICM sebagai Pastor rekan di Paroki Ciledug Gereja Santa Bernadet.

Sosok gembala yang rendah hati dan sederhana terpatri dalam hati umat Paroki Ciledug. Beliau selalu mengajak tersenyum satu kepada yang lain. Kebiasaan kas Romo Noel yakni mendahului mencium tangan kita ketika bersalaman. Dalam usia 73 tahun boleh dikata sebagai Romo yang sudah sepuh tetapi tetap semangat sebagai Misionaris tak jarang umat memanggilnya opa . Beliaupun senang dengan sebutan itu dan amat sangat menikmati kebersamaan dengan umat Paroki Ciledug apapun kondisinya.

Bulan November 2019 sesuai haknya beliau mengambil cuti untuk berlibur ke kampung halamannya di Pilipina . Dalam masa liburan itulah Romo Noel sakit , Beberapa bulan Romo Noel dirawat tak kunjung sembuh , sehingga keinginannya untuk segera pulang ke Ciledugpun tidak terwujud . Selasa 4 Februari 2020 Romo Noel dipanggil menghadap Bapa di surga. Karya misi yang dimulai dari Tanah Toraja berakir di “Tanah Terjanji” Ciledug terhitung genap 1496 hari. Jadilah pendoa bagi kami mewujudkan mimpi di “tanah terjanji” ini.