Diantar Sahabat-sahabatnya, Bu Irene Dikremasi di Oasis Lestari Tangerang

15 Juni 2019
  • Bagikan ke:
Diantar Sahabat-sahabatnya, Bu Irene Dikremasi di Oasis Lestari Tangerang
Kebersamaan dalam keberagaman saat proses kremasi  Ibu Irene.

Dengan diantar sahabat-sahabatnya, banyak di antaranya anggota komunitas lansia Simeon-Hanna St Bernadet, Ibu M Th Irene Corry Wangke Soesilo yang meninggal Kamis lalu dikremasi di Krematorium Oasis Lestari Kota Tangerang, Sabtu (15/6).

antar

Para sahabat Ibu Irene yang mengantarnya ke krematorium.

Mengenakan kaos biru seragam lansia, sekitar 30-an anggota Simeon-Hanna Santa Bernadet itu naik bus besar yang disediakan pihak keluarga, berangkat dari rumah kediaman di Kompleks Barata sekitar jam 09.30.

IMG20190615084631-ari-ok_1

Wakil Ketua DPH Ari Sugiya memberikan sambutan.

Jam 08.00 pagi harinya di rumah  keluarga Pak Soesilo itu Romo Lammarudut Sihombing CICM dan seorang romo tamu mempersembahkan misa requiem yang diiringi oleh koor Simeon-Hanna dan dihadiri sebagian besar anggota Dewan Pengurus Harian (DPH) Paroki Ciledug serta umat lainnya.

IMG20190615083912-ok_2

Para pelayat dan koor misa requiem tutup peti, Sabtu.

Tampak hadir Wakil Ketua DPH Aritasius Sugiya dan anggota lainnya seperti Anastasia Setyawati, Albertus Sukindro, Stevanus Pristi Wahyudono, GM Budi Suryanto, dan Bernardus Bambang Hermanto.

Kesaksian

Sesudah misa requiem beberapa orang diberi kesempatan memberikan kesaksian tentang Ibu Th Irene semasa hidupnya.

IMG20190615085131-ok_2

Kesaksian tokoh warga Kompleks Barata, Pak Jarwo.

Pak Ari Sugiya yang memberikan sambutan dan berbicara atas nama umat Gereja Santa Bernadet Paroki Ciledug mengenang Ibu Irene sebagai orang yang telah memberikan teladan dalam pelayanan Gereja dengan totalitas. “Ibu Irene adalah teladan paripurna dalam pelayanan,” katanya.

IMG20190615091141-kel-ok_2

Keluarga Pak Soesilo menjelang tutup peti di rumah kediaman.

Tokoh warga setempat, Pak Jarwo, dari RT 01/RW 07 Kompleks Barata mengatakan bahwa Ibu Irene adalah wanita yang sangat aktif dalam menggalakkan hidup sehat. “Dia tokoh Posyandu. Dia mendirikan Posyandu. Papan  namanya masih terpasang di depan rumah ini sampai sekarang,” katanya.

krem1-ok

Keluarga Pak Soesilo dan para pelayat di krematorium.

Anak kedua Ibu Irene, Bernadetta Arini Hayuwidyaningrum yang akrab disapa Ninis, dengan suara yang sering terbata-bata mengenang ibunya itu sebagai orang yang menanamkan kemandirian dalam mendidik anak-anaknya.

siap-ok

Jenazah Ibu Irene menjelang dimasukkan rumah kremasi.

“Hubungan saya dengan mama terkesan kurang dekat karena mama memang ingin anak-anaknya independen,” kata Ninis yang tinggal di Taiwan itu. “Mama tidak mau merepotkan anaknya. Ia tipe orang yang pandai menyimpan segala sesuatu di dalam hatinya,” imbuhnya.

DSC_0097-ok-cover

Sejumlah anggota dan Wakil Ketua DPH, dan umat lainnya.

Sementara itu Romo Lamma menceritakan pengalamannya ketika berjumpa dengan Ibu Irene di pastoran. Setiap kali datang ke pastoran Ibu Irene meneteskan air mata. “Sampai-sampai saya bercermin dulu jika akan bertemu beliau, jangan-jangan wajah saya menakutkan sehingga membuatnya menangis,” seloroh Romo Lamma disambut tawa hadirin. “Ternyata Ibu Irene menangis karena bahagia. Air mata tidak selalu tanda kesedihan,” katanya.

20190615_100815-ok_1

Anggota DPH Pak Kindro, Pak Bambang, dan Pak GM Budi Suryanto.

Usai upacara brobosan jenazah Ibu Irene diberangkatkan ke Krematorium Oasis Lestari Kota Tangerang, diiringi rombongan pengantar yang menggunakan kendaraan-kendaraan pribadi dan bus besar yang membawa sahabat-sahabatnya.

DSC_0101-ok_1

Persiapan pemberangkatan jenazah.

Teks: ps/ Foto-foto: Hari Kristanto, ps, Komunitas Simeon-Hanna

Facebook Sanberna

Twitter Sanberna