Maukah Kita Menjadi Simon dari Kirene Masa Kini?

15 April 2019
  • Bagikan ke:
Maukah Kita Menjadi Simon dari Kirene Masa Kini?
Misa Minggu Palma ke-2, Minggu (14/4). (Foto; W Arya)

Romo Yoakim Ritan adalah misionaris CICM yang berkarya di Makassar. KTP-nya Jakarta dan orangtuanya tinggal di Cipayung Jakarta Timur. Dia ke Jakarta untuk nyoblos. Umat Bernadet diajaknya untuk juga menggunakan hak pilihnya.

“Kalau lagi ke Jakarta saya selalu minta izin Romo Lamma untuk misa di sini,” katanya kemarin.

Palma6-ok

Umat menerima Komuni. (Foto: W Arya)

Dalam misa kedua Minggu Palma, Minggu (14/4), Romo Ritan memberikan renungan lewat homili. Bacaan Injil Suci Minggu Palma selalu tentang kisah sengsara Tuhan Yesus. Jumat Agung nanti akan dibawakan bacaan serupa dalam bentuk lagu atau pasio.

Totok4

Bernyanyi memuliakan Tuhan. (Foto: Hari Kristanto)

Bacaan itu disampaikan berulang selama pekan suci, bukan maksud Gereja untuk menghadirkan kesedihan tetapi justru untuk membantu umat menyadari kedosaannya.

“Ungkapan Yesus jelas saat menegur wanita-wanita Yerusalem, jangan menangisi Aku tetapi tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu,” ungkap Romo Ritan pada awal kotbahnya.

Ritan-totok-ok

Romo Ritan mengawali perayaan Minggu Palma. (Foto: Hari Kristanto)

Kisah sengsara Tuhan Yesus Kristus juga divisualisasikan dalam 14 perhentian jalan salib. Jalan salib biasanya dilakukan setiap Jumat selama masa prapaskah. “Lagi-lagi tujuan gereja bukan mengajak umatnya untuk bersedih dan menangis,” ungkapnya.

“Setiap kali kita mengikuti Ibadat Jalan Salib dan merenungkannya dengan sungguh-sungguh di setiap perhentian,  diharapkan (hal itu) dapat membantu umat menyadari kedosaan masing-masing,” katanya lagi.

Kita bisa seperti Pilatus yang sering menghakimi sesama, seperti para serdadu yang menampar Yesus dengan menampar anggota keluarga kita, atau mungkin seperti orang-orang Farisi yang berkata kasar dan tidak sopan atau bahkan seperti penjahat entah yang di sebelah kanan atau kiri.

Lamma-Totok-wo

Romo Lamma di awal Perayaan Minggu Palma. (Foto: Hari Kristanto)

“Membahas ke-14 perhentian itu akan menjadi bahan rekoleksi berhari-hari. Maka hari ini saya mengajak untuk merenungkan perhentian ke-5 saja, yakni Yesus ditolong oleh Simon dari Kirene,” ajaknya.

Peristiwa itu mudah dibayangkan. Simon, seorang petani, sore hari pulang dari ladang. Tentu amat lelah. Tiba-tiba di tengah jalan dipaksa untuk membantu Yesus. Simon pun dengan terpaksa membantu Yesus, namun dengan berjalannya waktu ia pun mencintai Salib Yesus. “Karena terbukti Simon juga ikut sampai di puncak Golgota. Simon tidak berhenti di tengah jalan,” tegas Romo Ritan.

Totok3-woke_1

Minggu Palma ke-2 diawali di area parkir.. (Foto: Hari Kristanto) 

Saat ini Yesus tidak butuh tangisan kita. Yesus butuh kaki kita. Yesus butuh tangan kita. Yesus butuh tenaga kita. Yesus butuh pikiran kita. “Berapa banyak di antara kita yang dengan terpaksa ketika diminta menjadi Ketua Lingkungan, Prodiakon, dan tugas pelayanan lainnya? Tidak mengapa itu wajar terjadi, dan percayalah, Tuhan tidak pernah salah dalam memilih,” kata Romo Ritan lagi.

Tidak sedikit umat yang semula merasa terpaksa lambat laun menjadi senang dengan tugas pelayanannya. “Maka di masa Pekan Suci ini marilah kita menjadi Simon dari Kirene masa kini, dengan peduli kepada sesama dan mau ikut ambil bagian dalam tugas pelayan Gereja,” ajak Romo Ritan mengakhiri permenungannya.

Bambang Gunadi

Facebook Sanberna

Twitter Sanberna