UBK, pendamping, Tim PSBP3, foto bareng Rm Matius Pawai CICM.
“Terharu bener melihat mereka, begitu antusias mengikuti Ekaristi dengan segala keterbatasan,” kata Bu Wati dari Wilayah Thomas usai misa. Bersama paduan suara wilayahnya yang bertugas malam itu, ia bisa melihat langsung dari panti koor bagaimana ekspresi umat berkebutuhan khusus itu mengikuti misa.
Tidak seperti biasanya, misa di Gereja Bernadet Sabtu malam, 16 November 2024, dihadiri tamu-tamu Istimewa, yaitu 20 orang umat berkarunia/berkebutuhan khusus (UBK)—tunanetra dan tunarungu—dari berbagai paroki di KAJ dan 1 orang dari Bogor. Sebanyak 4 orang mendampingi mereka, sementara dari UBK Paroki Pinang selaku tuan rumah hadir 9 orang. Mereka mengikuti misa dengan pemandu yang bertugas secara bergantian.
Pemandu misa untuk UBK (Foto: Anastasia Setyowati).
Sesudah misa yang dipimpin oleh Romo Matius Pawai CICM itu, Tim Sinergi Bidang Prioritas 3 (TSBP3) Paroki Pinang—terdiri dari Seksi Katekese, Seksi Liturgi dan Seksi KKS—yang fokus perhatiannya bidang Liturgi dan Pewartaan, mengadakan acara ramah tamah di Ruang Gilbert. Dalam kesempatan itu tamu UBK tersebut diberi kesempatan untuk mengungkapkan kesan-kesannya.
“Beberapa UBK, baik yang tunarungu maupun tunanetra, mengatakan dengan bahasa isyarat mereka bahwa mereka sangat senang mengikuti perayaan Ekaristi di Gereja Santa Bernadet, dan mereka katakan dalam bahasa isyarat yang diterjemahkan oleh pendamping bahwa Gereja Santa Bernadet itu besar dan bagus dan mereka sangat antusias dan kagum,” ungkap Bu There (Theresia Eka Murti, Ketua Seksi Katekese) usai acara itu.
Ramah tamah usai misa di Ruang Gilbert.
Kalau seorang tunarungu tahu bahwa gerejanya besar dan bagus bisa dimengerti karena mereka bisa melihat dan menceritakannya dengan bahasa isyarat. Tetapi bagaimana dengan seorang tunanetra (tunet) yang masalahnya ada pada indera penglihatan?
Bu Ganefi, seorang guru anak berkebutuhan khusus yang dihubungi secara terpisah menjelaskan, seorang tunet terlatih/dilatih mengembangkan indera-indera lain selain penglihatan, yaitu indera pendengaran, penciuman, peraba dan pengecap.
UBK menikmati santap malam.
“Dengan mobilitas, pendengaran, dan tingkat kecerdasan normal seorang tunet bisa mengekspresikan atau menjelaskan kondisi ruangan sama seperti orang normal,” kata Bu Ganefi, warga Wilayah Petrus yang kini berkarya sebagai guru di SLB Bhakti Luhur Jakarta Selatan. Indera pendengaran, penciuman, dan peraba atau perasaan sangat berperan dalam menjelaskan besar dan bagusnya Gereja Santa Bernadet.
Seorang tunet, imbuh Bu Ganefi, bisa membedakan uang dengan indera perabanya yang bagi orang normal sulit dilakukan tanpa melihat uangnya. Seorang tunet juga bisa menggunakan ponsel yang dilengkapi alat khusus untuk orang tunet.
UBK dari berbagai paroki di KAJ dan 1 orang dari Bogor.
Sementara itu Bu There berharap, Gereja Santa Bernadet selalu dapat memberikan sukacita dan kegembiraan bagi seluruh umat Allah dari manapun mereka datang dan memberkati mereka. Ia ucapkan terima kasih kepada Pastor Paroki Pinang Romo Matius Pawai CICM yang menyambut baik dan mendukung kehadiran UBK sebagai tamu-tamu istimewa tersebut.
Teks dan foto: Tim TSBP3 Paroki Pinang, ps (ed)