Pelatihan dirigen diikuti 85 peserta.
“Seorang dirigen harus mampu momposisikan dirinya sebagai pusat perhatian dari seluruh anggota paduan suara,” demikian salah satu poin yang disampaikan oleh Bp Henry Sutjipto, nara sumber dalam Pelatihan Singkat Dirigen Gereja.
Pelatihan yang diselenggarakan pada hari Minggu, 13 Oktober 2024, tersebut digagas oleh Sub Seksi Pasdior yang masuk dalam Seksi Liturgi Paroki Pinang Gereja St Bernadet yang diikuti oleh 85 peserta baik perorangan ataupun perwakilan dari kelompok koor, baik wilayah, lingkungan, maupun kategorial.
Sambutan awal Romo Matius Pawai CICM.
Menurut Mbak Arum Pranastuti, koordinator Sub Seksi Pasdior, pelatihan ini didasari oleh banyaknya dirigen koor di Paroki kita ini yang tumbuh dari sukarelawan. Tentu kita sangat bersyukur dan berterima kasih, semua wilayah dan kategorial di Paroki ini siap untuk bertugas koor, bahkan saat ini sudah ada beberapa lingkungan yang juga siap bertugas koor. “Maka sudah selayaknyalah Paroki dalam hal ini Sub Seksi Pasdior memberikan pembekalan baik pengetahuan maupun teknik. Semoga dengan pelatihan ini juga bermunculan dirigen-dirigen baru yang bersedia melayani di panti koor,” harapnya.
Dibuka oleh Pastor Paroki Pinang Romo Matius Pawai CICM yang menekankan pentingnya acara hari itu untuk perkembangan musik liturgi khususnya untuk Gereja kita, pelatihan ini terselenggara dengan panitia kecil: Mbak Arum, Mbak Sandra, Mbak Yohana, Mbak Sari, Mbak Nonik, dan Mas Boni.
Koordinator Sub Seksi Pasdior Arum Pranastuti.
Lebih lanjut Ko Henry, sapaan akrab Henry Sutjipto, menyampaikan bahwa karena dirigen akan menjadi pusat perhatian maka posisi berdiri sangat penting untuk diperhatikan. Postur tubuh tegak yakni dada atas atau punggung tegak. Kaki hanya digunakan sebagai tumpuan untuk berdiri, tidak ada gerakan-gerakan kaki misalnya seperti membuat ketukan. “Jangan membuat gerakan-gerakan tangan yang tidak perlu, sehingga anggota koor akan menganggap setiap gerakan tangan dari dirigen adalah penting,” pesannya.
Seorang dirigen yang baik, lanjut Ko Henry, juga harus mempunyai pemahaman tentang musikalitas dan akan lebih baik kalau minimal bisa memainkan satu alat musik. Selain mengatur anggota paduan suara dalam bernyanyi dirigen juga mengatur organis. “Kapan organis mulai memainkan intro dan temponya seperti apa, itu tergantung aba-aba dari dirigen. Bukan sebaliknya diregen mengikuti organis,” terangnya.
Peserta serius mengikuti acara yang sering diselingi canda.
Hal teknis yang dibahas pada pelatihan siang hari itu adalah pemahaman tentang birama dan bagaimana gerakan tangan dirigen dari birama sebuah lagu. Pelatihan terasa menyenangkan karena semua peserta diajak mempraktekkan secara langsung. Tentu gerakan-gerakan tangan ini bukan baku atau harus demikian, tetapi dengan memahami secara baik pola bakunya akan mempermudah seorang dirigen untuk mengembangkannya.
Dalam memberi aba-aba seorang dirigen juga harus memahami preparatory beat, yakni aba-aba awal dirigen sebelum anggota koor mulai bernyanyi agar ada kesamaan tempo. Tujuannya agar anggota paduan suara penuh perhatian dan konsentrasi sehingga tidak kaget dalam memulai menyanyi atau syair-syair berikutnya yang membutuhkan penekanan.
Praktek preparatory beat untuk peserta.
Selain itu, Ko Henry juga menekankan pentingnya dirigen mempunyai garis membal atau garis lenting imajiner untuk tumpuan tangan ketika memberi aba-aba kapan nyanyian dimulai.
Pelatihan yang diselenggarakan sejak pukul 10.00 tersebut berakhir sekitar pukul 15.00. Ditemui seusai pelatihan Bp Paulus Sulasdi, salah satu peserta, mengungungkapkan bahwa pelatihan ini sangat bagus dan cocok. “Saya menyimpulkan, dirigen itu sangat sentral dalam koor. Maka dirigen harus menguasai betul semua teknik dasar yang diperlukan dan komunikasi yang pas dengan anggota koor, karena itu dirigen harus rajin berlatih sendiri sebelum action," katanya.
Peserta lain Mbak Lukita Mira yang biasa mendirigeni koor Wilayah Albertus mengungkapkan ada pengetahuan baru yang didapat. “Lalu sebagai dirigen saya diingatkan, harus berani pegang kendali. Dan ini yang tidak mudah bagi saya untuk negur atau mengingingatkan yang kadang masih segan dengan anggota koor maupun organis. Secara umum teknik teknik yang kita pelajari hari ini sangat cocok dan mudah diaplikasikan sehingga sangat berguna bagi dirigen,” ujarnya.
Foto bersama peserta pelatihan dirigen dan Ko Henry.
“Ya mudah dan bisa diaplikasikan,” tambah Elisabet Kristanti yang biasa disapa Mbak Tanti dari Wilayah Fabiola. “Selain itu jadi tahu ada bagian bagian yang belum saya lakukan tetapi ada juga yang sudah saya lakukan. Dirigen mempunyai peran yang sangat penting terutama saat awal lagu. Maka latihan dengan sungguh-sungguh menjadi kunci baik buruknya saat bertugas,” katanya lagi.
Profil nara sumber Henry Sutjipto atau Ko Henry.
Dengan pelatihan ini kita jadi tahu dasar-dasarnya menjadi dirigen itu seperti apa. Dengan tahu dasar-dasarnya ditambah tehnik-tehniknya yang dipraktekkan secara langsung ini pelatihan yang bagus dan penting bagi setiap dirigen. “Bagus sekali andaikata-pelatihan semacam ini bisa diikuti seluruh dirigen koor Paroki kita ini,” imbuh Mbak Tanti lagi.
Sampai jumpa pelatihan selanjutnya Minggu 27 Oktober 2024 Jam 10.00 di Aula Pinang dengan tema “Pelatihan dirigen dan teknik melatih paduan suasa gereja”.
Teks: Bambang Gunadi/ Foto: Yohana/Video: Bambang Gunadi, Y Sunarya