Merenungkan Tema Natal 2022: “…melalui jalan lain.”

23 Desember 2022
  • Bagikan ke:
Merenungkan Tema Natal 2022: “…melalui jalan lain.”

Kandang natal di sebuah kampung. (Foto: Istimewa)

Tema Natal KWI dan PGI tahun 2022 ini berbunyi “...pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain.” (Matius 2:12)

Tema tersebut terpampang juga di bagian atas spanduk jadwal Misa Natal St Bernadet yang dipasang oleh Panitia Natal 2022 di depan pintu Gereja Pinang sejak beberapa hari terakhir ini.

Tema ini membawa ingatan saya terbang ke peristiwa 30-an tahun silam ketika saya masih usia belasan tahun. Saya tinggal di sebuah kampung bernama Gedongrejo. Masuk Kabupaten Wonogiri. Berjarak sekitar 60 Km dari Kota Kabupaten Wonogiri. Cukup jauh dan tentu ndeso banget...

Sebagai umat Katolik di desa ini kami saat itu tercatat sebagai umat Paroki St Yusuf Baturetno, sekitar 15 Km dari desa kami. Jumlah umat Katolik di desa kami sekitar 18 KK. Sangat sedikit.

Ibadat Mingguan dilayani oleh Prodiakon. Sedangkan untuk Misa dengan kehadiran seorang Romo dilakukan 35 hari sekali, seingat saya setiap hari Senin Pahing. Atau entah hari apa, pokoknya hari tertentu diikuti hari pasaran-nya. Jadi misalnya Senin Pahing ketemu Senin Pahing berikutnya jarak waktunya 35 hari yang biasa disebut selapan dina.

Untuk hari raya besar seperti Natal dan Paskah, ada Frater yang datang dan biasanya menginap beberapa hari sehingga dapat sekaligus memberikan pendampingan atau katekese.

epiphany-modern-painting

Ketiga orang majus berjumpa dengan Yesus. (Ilust: Istimewa)

Peristiwa yang akan saya ceritakan ini kapan tepatnya saya lupa. Yang jelas saat itu setiap jelang hari Natal semua umat mulai siap-siap dengan kerja bakti membersihkan kapel (gereja kecil). Sementara anak-anak muda membuat hiasan Natal, termasuk membuat kandang natal. Tak kalah seru persiapan Karang Taruna yang akan menyelenggarakan pertandingan bola sepanjang hari di hari Natal. Ini unik, karena mungkin hanya ada di kampung saya.

Sebagai orang kampung atau ndeso membuat kandang natal tentulah bukan urusan sulit. Kandang natal yang dilukiskan seperti kandang kambing atau domba adalah sesuatu yang dekat dengan keseharian kami. Dan kamipun sangat paham bagaimana kebiasaan kambing dan kebiasaan domba, karena setiap keluarga di kampung kami mempunyai hewan peliharaan, entah kambing, domba, atau sapi yang pasti  ada kandangnya.

Maka urusan memadupadankan kayu, dahan, dedaunan dan lainnya untuk menyerupai kandang kambing/domba sebagai kandang natal bukanlah hal sulit. Singkat cerita, sehari sebelum Natal tiba kandang natal sudah siap, lengkap dengan patung bayi Yesus yang diapit Bunda Maria dan Santo Yosef, ditambah beberapa patung domba dan sapi serta 3 orang majus. Selesai .... siap untuk merayakan Hari Natal. Seharusnya demikian. Tetapi yang terjadi tidak demikian.

Tanggal 24 Desember pagi datanglah Frater yang dikirim dari Paroki untuk memimpin perayaan Natal. Dia mulai mengecek kesiapan petugas Liturgi dan lagu-lagu yang akan dinyanyikan. “Lho ini kok jalannya dari kandang natal hanya satu? Nanti para majus pulangnya lewat mana?” tanya Frater itu dengan wajah heran. Pertanyaan yang tentu amat sulit kami pahami sebagai anak-anak kala itu.

orang majur dari timuran---

Ketiga orang majus bertemu Raja Herodes. (Ilust: Istimewa)

Frater tersebut lalu memberikan penjelasan atau katekese singkat. Seperti diceritakan dalam Alkitab, ada 3 orang majus yang jauh-jauh mencari Yesus lewat tuntunan bintang. Mereka sempat mampir untuk bertemu Raja Herodes dan diminta mampir lagi nanti kalau pulang agar Sang Raja juga bisa berjumpa dengan Yesus.

Tetapi ternyata apa yang diinginkan Raja Herodes itu bukan niat yang baik. Maka ke-3 orang majus itu dalam mimpinya diingatkan untuk pulang lewat jalan yang lain agar tidak berjumpa dengan Raja Herodes.

“Nah kalau jalannya hanya satu, para majus tidak bisa pulang lewat jalan lain dan akan berjumpa dengan Raja Herodes. Yang berarti niat jahat Raja Herodes akan terwujud. Jadi sekarang ayo jalannya dibuat bercabang,” pinta Frater itu.  Barulah kami sedikit paham.

bgunadi (2)--

Tema Natal di spanduk gereja Bernadet. (Foto: B Gunadi)

Jalan lain

Setelah lebih dari 30 tahun, kalau saya renungkan, ternyata hal yang saya anggap sederhana tersebut mengandung makna yang amat dalam. Dan lewat berbagai simbol yang ditampilkan dalam setiap perayaan hari raya kita dimudahkan dalam memahaminya secara iman.

Setelah perjumpaan kita dengan Yesus kita diajak untuk berjalan melalui jalan yang lain, yakni jalan yang sudah ditunjukkan oleh Tuhan sendiri. Mungkin jalan lama yang telah kita lalui lebih nyaman dan lurus. Dan mungkin jalan lain yang ditunjukkan oleh Tuhan lewat perjumpaan kita dengan Yesus justru berliku dan menanjak.

Pilihan ada pada kita, mau mengikuti jalan atau keinginan dari penguasa atau memilih jalan lain yang ditunjukkan Tuhan. Para majus berani melawan keinginan penguasa karena di dalam dia terselip niat yang kurang baik dan memilih jalan lain yang tentu tidak mudah. Dan kita yakin dan percaya jalan lain yang ditunjukkan Tuhan akan membawa kita kepada keselamatan.

googledotcom

Pulang melalui jalan lain. (Ilust: Istimewa)

Tentu tidak ada yang salah dengan kandang natal kita, baik satu jalan atau bahkan tanpa jalan. Ini sekadar cerita yang membantu saya mendalami tema Natal tahun ini. Selamat Natal Tahun 2022 dan Selamat Tahun Baru 2023.

Bambang Gunadi

Tags
natal

Facebook Sanberna

Twitter Sanberna